SMP NEGERI 1 BUMIJAWA

Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Dian Norma Aprillia, S.Pd

Dalam Modul 2.1 Program Guru Penggerak disebutkan bahwa Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Pembelajaran berdiferensiasi juga didefinisikan sebagai cara mengenali dan mengajar sesuai dengan bakat dan gaya belajar siswa yang berbedaPembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) sesungguhnya bukanlah hal baru dalam pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara yang merupakan Menteri Pendidikan pertama Indonesia, memiliki sebuah gagasan cemerlang tentang pendidikan yang menghargai perbedaan karakteristik setiap anak. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa tidak baik menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan harusnya difasilitasi dengan bijak.             Menyadari tentang keberagaman yang dimiliki oleh setiap anak dan pandangan bahwa setiap murid seharusnya diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan dirinya, guru hendaknya mengakomodasi seluruh keragaman tersebut dan melakukan diferensiasi.

            Dalam Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) Pada Kurikulum Fleksibel sebagai Wujud Merdeka Belajar (2021), Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD) menyebutkan bahwa ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:

  1. Bersifat proaktif. Sejak awal guru sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya dengan merencanakan pembelajaran untuk murid yang berbeda-beda. Langkah yang diambil bukanlah penyesuaian pembelajaran reaksi dari evaluasi tentang ketidakberhasilan pelajaran sebelumnya.
  2. Menekankan kualitas daripada kuantitas. Kualitas dari tugas dalam pembelajaran berdiferensiasi lebih disesuaikan dengan kebutuhan murid. Bukan berarti anak yang pandai setelah selesai mengerjakan tugasnya akan diberi lagi tugas tambahan yang sama, namun ia diberikan tugas lain yang dapat menambah keterampilannya.
  3. Berakar pada asesmen. Guru selalu mengases para murid dengan berbagai cara untuk mengetahui keadaan mereka dalam setiap pembelajaran sehingga berdasarkan hasil asesmen tersebut, guru dapat menyesuaikan pembelajarannya dengan kebutuhan mereka.
  4. Menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 4 unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan murid dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka. Ke empat unsur yang disesuaikan adalah konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya).
  5. Berorientasi pada murid Tugas diberikan berdasarkan tingkat pengetahuan awal murid terhadap materi yang akan diajarkan sehingga guru merancang pembelajaran sesuai dengan level kebutuhan murid. Guru lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang akan dilakukan murid daripada menyajikan informasi kepada murid.
  6. Merupakan campuran dari pembelajaran individu danklasikal Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk kadang-kadang belajar bersamasama secara klasikal dan dapat juga belajar secara individu.
  7. Bersifat hidup. Guru berkolaborasi dengan murid terus menerus termasuk untuk menyusun tujuan kelas maupun individu dari para murid. Guru memonitor bagaimana pelajaran dapat cocok dengan para murid dan bagaimana penyesuaiannya.

Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi guru harus proaktif menemukan dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana murid-muridnya bisa belajar. Oleh karena itu guru perlu melakuka asesmen terlebih dahulu berdasarkan tingkat kesiapan murid, ketertarikan dan gaya belajar dari setiap murid-muridnya tersebut.

  1. Readiness (Kesiapan).  Murid yang memiliki kesiapan untuk belajar suatu hal yang mana sudah mempunyai pengetahuan mengenai apa yang akan dipelajari, memahaminya dan memiliki ketrampilan yang bagus, dipastikan akan sukses dan bisa mencapai tugas yang diberikan. Lain halnya bagi murid yang belum memahami apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan menjadi murid yang sulit dalam mempelajari tema/topik pembelajaran dan mungkin akan frustasi karena tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Pemahaman dalam belajar akan lebih bagus apabila tingkat kesulitan yang diberikan sedikit lebih tinggi dari level pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan sebelumnya. Hal tersebut akan membantu dalam menghubungkan pengetahuan yang baru dan tingkat pengetahuan baru. Kesiapan murid akan erat hubungannya dengan tingkat perkembangan pemehaman dan prestasi murid di kelas (achievement).
  2. Minat (interest). Ketertarikan merupakan faktor terbesar dari dalam diri seseorang dalam memotivasi untuk belajar. Guru yang bijak akan menghubungkan konten yang dipelajari dengan ketertarikan (interest) dari murid-muridnya. Hal ini akan mempertahankan level perhatian siswa dalam belajar. Ketertarikan dari murid ini berhubungan dengan semua hal yang murid suka atau tidak suka dan mengenai hobinya.
  3. Learning profile (Profil belajar). Gaya belajar merupakan cara/jalan bagaimana murid tersebut bisa belajar dengan baik. Beberapa murid mungkin akan lebih bagus belajar dengan cara diskusi dengan teman sebayanya, tetapi ada juga sebagian murid yang lebih bagus belajar sendiri. Ada murid yang belajar dari beberapa bagian dari tema tetapi adapula yang menganalisanya. Guru harus jeli dalam memahamigaya belajar setiap muridnya. Adapun dalam profile belajar anak akan dihubungkan pula dengan factor sosial/emosi yaitu mengenai bahasa, budaya, kesehatan, kenyataan dalam keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu learning profile juga berhubungan dengan gaya belajar (learning style) seseorang. Ada beberapa yang memiliki gaya belajar dengan visual (melihat gambar, membaca), ada yang auditory (mendengarkan ceramah atau diskusi), ada juga yang memiliki gaya belajar dengan bergerak (kinestetik). Multiple intelegances juga berhubungan dengan learning profile ini, yang sesuai dengan yang diungkapkan oleh Howard Gardner. Menurut Howard Gardner ada 8 intelegensi yaitu logicmatematis, linguistik, musikal, spasial, bodily kinesthetic, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Teori ini akan membantu dalam mengadaptasikan pengajaran kepada siswa, selain itu guru juga harus mengetahui learning profile ataugaya belajar dari masing-masing siswanya. (Arends, 2008:123)

            Setelah dilakukan asesmen tersebut kemudian baru membuat design atau perencanaan pengalaman belajar berdasarkan dari pemahaman murid, memperhitungkan produk/hasilbelajar yang akan dibuat atau membuat asesmen akhir sebagai final untuk mengetahui kesuksesan murid dalam belajar.

            Dalam merancang pembelajaran  guru perlu melakukan diferensiasi berupa penyesuaian terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan, dan evaluasi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi ada 4 aspek yang bisa dibedakan oleh guru agar murid  dapat mengerti bahan pelajaran yang mereka pelajari, yaitu aspek konten yang mau diajarkan, aspek proses atau kegiatan-kegiatan bermakna yang akan dilakukan oleh murid di kelas, dan aspek ketiga adalah asesmen berupa pembuatan produk yang dilakukan di bagian akhir yang dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan yang terakhir adalah lingkungan belajar.

  1. Konten. Yang dimaksud dengan konten adalah materi apa yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau materi apa yang akan dipelajari oleh murid di kelas. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada dua cara membuat konten pelajaran berbeda, yaitu:
  2. menyesuaikan apa yang akan diajarkan oleh guru atau apa yang akan dipelajari oleh murid berdasarkan tingkat kesiapan dan minat murid, dan
  3. menyesuaikan bagaimana konten yang akan diajarkan atau dipelajari itu akan disampaikan oleh guru atau diperoleh oleh murid berdasarkan profil (gaya) belajar yang dimiliki oleh masing-masing murid.     
  4. Proses. Yang dimaksud dalam proses pada bagian ini adalah kegiatan yang dilakukan murid di kelas. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang bermakna bagi murid sebagai pengalaman belajarnya di kelas, bukan kegiatan yang tidak berkorelasi dengan apa yang sedang dipelajarinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh murid ini tidak diberi penilaian kuantitatif berupa angka, melainkan penilaian kualitatif yaitu berupa catatan-catatan umpan balik mengenai sikap, pengetahuan dan keterampilan apa yang masih kurang dan perlu diperbaiki/ditingkatkan oleh murid.
  5. Produk. Biasanya produk ini merupakan hasil akhir dari pembelajaran untuk menunjukkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman murid setelah menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran selama satu semester. Produk sifatnya sumatif dan perlu diberi nilai. Produk lebih membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya dan melibatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari murid. Oleh karenanya seringkali produk tidak dapat diselesaikan dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas. Produk dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok. Jika produk dikerjakan secara berkelompok, maka harus dibuat sistem penilaian yang adil berdasarkan kontribusi masing-masing anggota kelompoknya dalam mengerjakan produk tersebut.
  6. Lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik. Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan murid dalam belajar, minat mereka, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

            Keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi sangat bergantung pada kreativitas guru. Guru dapat menentukan bagaimana empat aspek ini akan dilaksanakan di dalam pembelajaran di kelas. Guru mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mengubah konten, proses, produk, dan lingkungan dan iklim belajar di kelasnya masing-masing sesuai dengan profil murid yang ada di kelasnya.